Selasa, 09 April 2019

Laporan Bacaan Pastoral Konseling Jilid 1


Pastoral Konseling Jilid 1
Penulis             : Pdt. Dr. Yakub B. Susabda
Penerbit           : Gandum Mas
Tahun Terbit    : 2006
Jumlah bab      : 5 bab
Jumlah halaman: 264 halaman
Tujuan penulisan buku:
Tujuan utama penulisan buku ini adalah untuk menjadi pegangan bagi hamba-hamba Tuhan dalam pelayanan konseling mereka. Di samping itu tujuan lainnya adalah untuk memurnikan pelayanan hamba Tuhan; untuk menjernihkan salah pengertian tentang pelayanan konseling; dan untuk memperkenalkan keunikan pelayanan konseling itu sendiri.
Bab 1 Apa Itu Pastoral Konseling? Pastoral konseling adalah hubungan timbal balik antara hamba Tuhan sebagai konselor dengan konselinya, dalam mana konselor mencoba membimbing konselinya ke dalam suatu suasana percakapan konseling yang ideal yang memungkinkan konseli betul-betul dapat mengenal dan mengerti apa yang sedang terjadi pada dirinya sendiri, persoalannya, kondisi hidupnya, di mana ia berada dan sebagainya. Sehingga ia mampu melihat tujuan hidupnya dalam relasi dan tanggung jawabnya pada Tuhan dan mencoba mencapai  tujuan itu dengan takaran, kekuatan, dan kemampuan seperti yang sudah diberikan Tuhan. Berdasarkan defenisi tersebut jelaslah bahwa pastoral konseling merupakan suatu langkah yang dilakukan oleh konselor untuk menolong konseli menemukan tujuan hidupnya secara realistis dan menjadikan Alkitab sebagai standar kebenaran. Sebagai seorang konselor, konselor hendaknya melakukan tugasnya dengan penuh tanggung jawab sehingga tidak merugikan orang lain dalam hal ini konselinya, mau menerima tugas itu karena bagian tugas ini merupakan bagian integral pelayanan hamba Tuhan dan melakukan tugas pelayanan itu  dengan atas dasar kasih Allah.
Berdasarkan teori tersebut di atas yang telah dikemukakan oleh penulis saya hendak memberi tanggapan bahwa setelah melihat kondisi sekarang ini, banyak hamba-hamba Tuhan yang kian mengabaikan tanggung jawabnya yaitu melaksanakan pastoral konseling dan lebih mengutamakan pelayanan mimbar. Dengan demikian kesimpulannya bahwa pastoral konseling merupakan bagian dari pelayanan oleh seorang hamba Tuhan sehingga pelayanan itu harus dilakukan secara bertanggung jawab dan berdasarkan atas kasih Allah.
Bab 2 Mengapa Pastoral Konseling Perlu Dipelajari?  Pastoral konseling menjadi penting untuk dipelajari bukan untuk memperkecil peranan Roh Kudus atau tanggung jawab setiap orang percaya.  Namun hal ini agar sebagai hamba Tuhan akan mampu membimbing dan menolong konseli menemukan akar permasalahannya. Mengenai hal tersebut seorang hamba Tuhan harus belajar konseling, yaitu suatu pelayanan yang sangat membutuhkan discipline professionalism yang pada dasarnya tidak sesuai dengan nature manusiawi. Perlunya hamba Tuhan belajar mengenai pastoral konseling karena: masih banyak hamba Tuhan yang tidak memahami apa yang dimaksud dengan pastoral konseling itu sendiri sehingga menyebabkan etika dalam proses konseling tersebut diabaikan sehingga merugikan konseli; yang kedua adalah masih banyak hamba Tuhan yang lebih mengutamakan pelayanan lewat khotbah dan liturgi saja dan tidak mampu melihat serta menyadari bahwa pastoral konseling merupakan inti pelayanan hamba Tuhan, dengan mempelajari pastoral konseling seorang hamba Tuhan akan menyadari pentingnya pelayanan ini dan menyadari bahwa tanpa pelayanan konseling maka pelayanan lain sebenarnya tidak bermanfaat banyak; hal yang ketiga adalah harus disadari bahwa ada pihak-pihak lain yang juga mempelajari pastoral konseling yang tidak dibimbing secara jelas dan disiplin secara teologi tetapi melalui jalur yang tidak sehat sehingga nantinya bukan untuk memecahkan masalah melainkan memberikan hasil yang rusak.
Berdasarkan hal tersebut di atas saya ingin berpendapat bahwa memang sekarang ini banyak hamba Tuhan yang tidak mengerti inti dari pelayanannya sebagai hamba Tuhan sehingga menyebabkan mereka hanya sibuk dalam satu minggu untuk mengurus ibadah kelompok dan sudah tidak memiliki waktu untuk perkunjungan bahkan pelayanan konseling yang seharusnya adalah inti dari pelayanannya itu. Dengan demikian kesimpulannya bahwa perlunya untuk belajar mengenai pastoral konseling agar para hamba Tuhan menyadari akan tugas utama yang seharusnya mereka lakukan sebagai hamba Tuhan tanpa melalaikan tanggung jawab yang lain untuk mendukung pelayanan pastoral konseling tersebut.
Bab 3 Apa Yang Membuat Pastoral Konseling Unik dan Tidak Sama dengan Sekuler Konseling? Hal yang menjadi keunikan dari pelayanan pastoral konseling berbeda dengan yang lain yakni sikap dari hamba Tuhan itu: Pertama, konselor percaya bahwa pelayanan ini adalah pelayanan yang dipercayakan oleh Allah sendiri kepadanya sehingga mereka akan melaksanakan tugas pelayanan itu dengan professional. Namun banyak konselor yang kemudian tidak percaya akan tugas itu dari Allah sehingga melakukannya dengan gelisah dan ragu-ragu. Kedua, konselor percaya bahwa mereka tidak bekerja sendiri tetapi Allah hadir dan campur tangan dalam pelayanan konselingnya. Ketiga, konselor percaya bahwa Alkitab adalah firman Allah yang tertulis, standar kebenaran untuk menilai tingkah laku manusia. Dan keunikan yang keempat adalah seorang konselor memiliki kemampuan akan pengetahuan yang lain seperti ilmu jiwa dan metodologi.
Berdasarkan teori di atas saya hendak berpendapat bahwa memang menjadi konselor itu adalah menjadi percaya dulu yakni percaya akan tugas itu menjadi tugas dari Allah sendiri, percaya akan Alkitab sebagai kebenaran dan Roh Kudus yang akan memampukan melaksanakan tugas tersebut serta memiliki pengetahuan yang lebih luas untuk mampu melakukan tugas pelayanan pastoral konseling dengan bijak. Dengan demikian kesimpulannya bahwa pelayanan konseling akan menjadi unik dilihat dari bagaimana sikap seorang konselor dan pengetahuannya.
Bab 4 Sumbangan Psikologi dalam Pastoral Konseling. Ketika hendak melakukan pelayana konseling sumbangan-sumbangan dari ilmu pengetahuan psikologi sangat membantu karena: konseli dapat mengambil sikap dalam melaksanakan proses konseling karena memiliki pengetahuan dasar mengenai gejala-gejala kejiwaan yang melatarbelakangi tingkah laku manusia yang normal; memiliki pengetahuan tentang gejala-gejala kejiwaan yang khusus yang biasanya dikategorikan “abnormalitas”; serta tekhnik-tekhnik pendekatan konseling yang dapat dipakai untuk mengembangkan tekhnik pendekatan pastoral konseling.
Berdasarkan hal tersebut di atas saya ingin memberikan pendapat bahwa dalam melaksanakan proses konseling salah satu hal yang utama untuk menyukseskan proses itu adalah ketika seorang konselor memiliki pengetahuan mengenai ilmu jiwa. Beberapa hal yang membuat penulis yakin dengan hal itu karena ketika seorang konselor tidak memiliki pengetahuan akan ilmu jiwa, konselor pasti tidak akan mampu mengambil keputusan yang bijak karena tidak mengatahui secara pasti kondisi dan jiwa konselinya. Dengan demikian kesimpulannya bahwa sumbangan-sumbangan psikologi dalam konseling memberikan manfaat yang sangat berpengaruh dalam proses konseling.
Bab 5 Latihan Praktis Konseling. Oleh karena keluhan-keluhan daridari banyak alumni-alumni sekolah teologi sehingga menyebabkan penulis menolong mereka mengenai latihan-latihan praktis dalam konseling. Tahap pertama dalam latihan ini yakni: dalam bentuk latihan sensitivitas, hal ini menjadi perlu agar konselor-konselor menjadi peka dan tanggap terhadap masalah-masalah yang sebenarnya terjadi dihadapannya; dalam bentuk latihan Verbatim (catatan lengkap kata demi kata dari percakapan konseling), hal ini penting agar konselor mampu untuk membangun percakapan yang baik dan tepat secara refleksi dalam melaksanakan proses konseling; dalam bentuk mengklasifikasikan kasus, hal ini adalah syarat utama bagi seorang konselor karena dalam pertemuan pertama seorang konselor harus sudah mengetahui permasalahan pada saat kasus diberikan kepadanya dan mampu mengenali apakan persoalan itu menjadi tanggung jawabnya sebagai hamba Tuhan atau seharusnya dilakukan oleh professional yang lain atau harus melakukan kerja sama; dalam bentuk “Latihan menangani kasus-kasus konseling yang sesungguhnya”, dalam latihan ini para calon konselor harus diperhadapkan dengan kasus-kasus agar mereka tidak terombang-ambing tetapi mampu untuk melaksanakan proses konseling yang sesungguhnya sebagai calon-calon hamba Tuhan; tahap akhir dari latihan ini adalah latihan lanjutan, di mana agar para calon konselor tidak kebingungan dalam melaksanakan tekhnik-tekhnik konseling yang sehat dan jelas mereka juga harus dibekali dengan latihan-latihan selanjutnya agar mereka lebih terampil dalam menangangi akan berbagai perbedaan dan keunikan setiap kasus yang akan mereka hadapi. Tahap ini penting karena Tuhan menghendaki hamba-hambaNya diperlengkapi dengan segala pengetahuan.
Berdasarkan hal tersebut saya setuju dengan pendapat penulis bahwa jika hanya sebatas teori tetapi tidak disertai dengan latihan-latihan maka teori itu akan lama-lama hilang dan tidak bermanfaat.  Sehingga kesimpulannya teori dikembangkan melalui latihan sehingga menjadi terampil, tanpa latihan teori akan sia-sia.
Dari hasil membaca di atas, buku Pastoral Konseling jilid 1 ini memberikan manfaat yang besar bagi konselor untuk menolong para konselor mengetahui dan memahami bahwa pelayanan pastoral konseling bukan sebuah pelayanan yang nomor dua tetapi merupakan inti dari pelayanan sebagai hamba Tuhan. Dengan demikian memenuhi tujuan penulisan buku ini yakni menjernihkan pikiran para konselor, pengertian tentang pelayanan konselor dan keunikannya.  Menurut saya bahwa buku ini menjadi buku yang sangat bermanfaat dan seharusnya dibaca oleh seluruh pendeta-pendeta yang sekarang untuk lebih mendalami dan memahami makna dari pelayanan pastoral konseling ini. Karena di lapangan sekarang ini pendeta-pendeta terlalu dipenuhi dengan kesibukan yang sifatnya hanya pelayanan khotbah dan liturgi tidak lagi memperhatikan tugasnya yang sesungguhnya sehingga anggota-anggota menjadi semakin terpuruk di dalam masalahnya dan menjadi tidak mengandalkan Tuhan lagi karena merasa tidak diperhatikan. Seharusnya konselor mampu untuk mengerjakan tanggung jawab yang telah diberikan oleh Tuhan sendiri kepadanya. Kelebihan dari buku ini adalah penulis dengan berani dan blak-blakan mengutarakan apa yang memang seharusnya terjadi dan seharusnya dilakukan oleh para konselor, bentuk penyajian sangat bagus karena dilengkapi dengan latihan-latihan praktis.
Kesimpulan
Pelayanan pastoral konseling merupakan inti dari pelayanan sebagai seorang hamba Tuhan dan pelayanan ini merupakan pelayanan yang diberikan langsung oleh Tuhan kepada umat-Nya untuk menggembalakan domba-domba-Nya yang tengah dalam kesesatan. Sehingga seorang konselor harus menjadi teladan dan sikap dan tindakannya serta memiliki pengetahuan yang luas.

Laporan Bacaan Pastoral Konseling Jilid 1


Pastoral Konseling Jilid 1
Penulis             : Pdt. Dr. Yakub B. Susabda
Penerbit           : Gandum Mas
Tahun Terbit    : 2006
Jumlah bab      : 5 bab
Jumlah halaman: 264 halaman
Tujuan penulisan buku:
Tujuan utama penulisan buku ini adalah untuk menjadi pegangan bagi hamba-hamba Tuhan dalam pelayanan konseling mereka. Di samping itu tujuan lainnya adalah untuk memurnikan pelayanan hamba Tuhan; untuk menjernihkan salah pengertian tentang pelayanan konseling; dan untuk memperkenalkan keunikan pelayanan konseling itu sendiri.
Bab 1 Apa Itu Pastoral Konseling? Pastoral konseling adalah hubungan timbal balik antara hamba Tuhan sebagai konselor dengan konselinya, dalam mana konselor mencoba membimbing konselinya ke dalam suatu suasana percakapan konseling yang ideal yang memungkinkan konseli betul-betul dapat mengenal dan mengerti apa yang sedang terjadi pada dirinya sendiri, persoalannya, kondisi hidupnya, di mana ia berada dan sebagainya. Sehingga ia mampu melihat tujuan hidupnya dalam relasi dan tanggung jawabnya pada Tuhan dan mencoba mencapai  tujuan itu dengan takaran, kekuatan, dan kemampuan seperti yang sudah diberikan Tuhan. Berdasarkan defenisi tersebut jelaslah bahwa pastoral konseling merupakan suatu langkah yang dilakukan oleh konselor untuk menolong konseli menemukan tujuan hidupnya secara realistis dan menjadikan Alkitab sebagai standar kebenaran. Sebagai seorang konselor, konselor hendaknya melakukan tugasnya dengan penuh tanggung jawab sehingga tidak merugikan orang lain dalam hal ini konselinya, mau menerima tugas itu karena bagian tugas ini merupakan bagian integral pelayanan hamba Tuhan dan melakukan tugas pelayanan itu  dengan atas dasar kasih Allah.
Berdasarkan teori tersebut di atas yang telah dikemukakan oleh penulis saya hendak memberi tanggapan bahwa setelah melihat kondisi sekarang ini, banyak hamba-hamba Tuhan yang kian mengabaikan tanggung jawabnya yaitu melaksanakan pastoral konseling dan lebih mengutamakan pelayanan mimbar. Dengan demikian kesimpulannya bahwa pastoral konseling merupakan bagian dari pelayanan oleh seorang hamba Tuhan sehingga pelayanan itu harus dilakukan secara bertanggung jawab dan berdasarkan atas kasih Allah.
Bab 2 Mengapa Pastoral Konseling Perlu Dipelajari?  Pastoral konseling menjadi penting untuk dipelajari bukan untuk memperkecil peranan Roh Kudus atau tanggung jawab setiap orang percaya.  Namun hal ini agar sebagai hamba Tuhan akan mampu membimbing dan menolong konseli menemukan akar permasalahannya. Mengenai hal tersebut seorang hamba Tuhan harus belajar konseling, yaitu suatu pelayanan yang sangat membutuhkan discipline professionalism yang pada dasarnya tidak sesuai dengan nature manusiawi. Perlunya hamba Tuhan belajar mengenai pastoral konseling karena: masih banyak hamba Tuhan yang tidak memahami apa yang dimaksud dengan pastoral konseling itu sendiri sehingga menyebabkan etika dalam proses konseling tersebut diabaikan sehingga merugikan konseli; yang kedua adalah masih banyak hamba Tuhan yang lebih mengutamakan pelayanan lewat khotbah dan liturgi saja dan tidak mampu melihat serta menyadari bahwa pastoral konseling merupakan inti pelayanan hamba Tuhan, dengan mempelajari pastoral konseling seorang hamba Tuhan akan menyadari pentingnya pelayanan ini dan menyadari bahwa tanpa pelayanan konseling maka pelayanan lain sebenarnya tidak bermanfaat banyak; hal yang ketiga adalah harus disadari bahwa ada pihak-pihak lain yang juga mempelajari pastoral konseling yang tidak dibimbing secara jelas dan disiplin secara teologi tetapi melalui jalur yang tidak sehat sehingga nantinya bukan untuk memecahkan masalah melainkan memberikan hasil yang rusak.
Berdasarkan hal tersebut di atas saya ingin berpendapat bahwa memang sekarang ini banyak hamba Tuhan yang tidak mengerti inti dari pelayanannya sebagai hamba Tuhan sehingga menyebabkan mereka hanya sibuk dalam satu minggu untuk mengurus ibadah kelompok dan sudah tidak memiliki waktu untuk perkunjungan bahkan pelayanan konseling yang seharusnya adalah inti dari pelayanannya itu. Dengan demikian kesimpulannya bahwa perlunya untuk belajar mengenai pastoral konseling agar para hamba Tuhan menyadari akan tugas utama yang seharusnya mereka lakukan sebagai hamba Tuhan tanpa melalaikan tanggung jawab yang lain untuk mendukung pelayanan pastoral konseling tersebut.
Bab 3 Apa Yang Membuat Pastoral Konseling Unik dan Tidak Sama dengan Sekuler Konseling? Hal yang menjadi keunikan dari pelayanan pastoral konseling berbeda dengan yang lain yakni sikap dari hamba Tuhan itu: Pertama, konselor percaya bahwa pelayanan ini adalah pelayanan yang dipercayakan oleh Allah sendiri kepadanya sehingga mereka akan melaksanakan tugas pelayanan itu dengan professional. Namun banyak konselor yang kemudian tidak percaya akan tugas itu dari Allah sehingga melakukannya dengan gelisah dan ragu-ragu. Kedua, konselor percaya bahwa mereka tidak bekerja sendiri tetapi Allah hadir dan campur tangan dalam pelayanan konselingnya. Ketiga, konselor percaya bahwa Alkitab adalah firman Allah yang tertulis, standar kebenaran untuk menilai tingkah laku manusia. Dan keunikan yang keempat adalah seorang konselor memiliki kemampuan akan pengetahuan yang lain seperti ilmu jiwa dan metodologi.
Berdasarkan teori di atas saya hendak berpendapat bahwa memang menjadi konselor itu adalah menjadi percaya dulu yakni percaya akan tugas itu menjadi tugas dari Allah sendiri, percaya akan Alkitab sebagai kebenaran dan Roh Kudus yang akan memampukan melaksanakan tugas tersebut serta memiliki pengetahuan yang lebih luas untuk mampu melakukan tugas pelayanan pastoral konseling dengan bijak. Dengan demikian kesimpulannya bahwa pelayanan konseling akan menjadi unik dilihat dari bagaimana sikap seorang konselor dan pengetahuannya.
Bab 4 Sumbangan Psikologi dalam Pastoral Konseling. Ketika hendak melakukan pelayana konseling sumbangan-sumbangan dari ilmu pengetahuan psikologi sangat membantu karena: konseli dapat mengambil sikap dalam melaksanakan proses konseling karena memiliki pengetahuan dasar mengenai gejala-gejala kejiwaan yang melatarbelakangi tingkah laku manusia yang normal; memiliki pengetahuan tentang gejala-gejala kejiwaan yang khusus yang biasanya dikategorikan “abnormalitas”; serta tekhnik-tekhnik pendekatan konseling yang dapat dipakai untuk mengembangkan tekhnik pendekatan pastoral konseling.
Berdasarkan hal tersebut di atas saya ingin memberikan pendapat bahwa dalam melaksanakan proses konseling salah satu hal yang utama untuk menyukseskan proses itu adalah ketika seorang konselor memiliki pengetahuan mengenai ilmu jiwa. Beberapa hal yang membuat penulis yakin dengan hal itu karena ketika seorang konselor tidak memiliki pengetahuan akan ilmu jiwa, konselor pasti tidak akan mampu mengambil keputusan yang bijak karena tidak mengatahui secara pasti kondisi dan jiwa konselinya. Dengan demikian kesimpulannya bahwa sumbangan-sumbangan psikologi dalam konseling memberikan manfaat yang sangat berpengaruh dalam proses konseling.
Bab 5 Latihan Praktis Konseling. Oleh karena keluhan-keluhan daridari banyak alumni-alumni sekolah teologi sehingga menyebabkan penulis menolong mereka mengenai latihan-latihan praktis dalam konseling. Tahap pertama dalam latihan ini yakni: dalam bentuk latihan sensitivitas, hal ini menjadi perlu agar konselor-konselor menjadi peka dan tanggap terhadap masalah-masalah yang sebenarnya terjadi dihadapannya; dalam bentuk latihan Verbatim (catatan lengkap kata demi kata dari percakapan konseling), hal ini penting agar konselor mampu untuk membangun percakapan yang baik dan tepat secara refleksi dalam melaksanakan proses konseling; dalam bentuk mengklasifikasikan kasus, hal ini adalah syarat utama bagi seorang konselor karena dalam pertemuan pertama seorang konselor harus sudah mengetahui permasalahan pada saat kasus diberikan kepadanya dan mampu mengenali apakan persoalan itu menjadi tanggung jawabnya sebagai hamba Tuhan atau seharusnya dilakukan oleh professional yang lain atau harus melakukan kerja sama; dalam bentuk “Latihan menangani kasus-kasus konseling yang sesungguhnya”, dalam latihan ini para calon konselor harus diperhadapkan dengan kasus-kasus agar mereka tidak terombang-ambing tetapi mampu untuk melaksanakan proses konseling yang sesungguhnya sebagai calon-calon hamba Tuhan; tahap akhir dari latihan ini adalah latihan lanjutan, di mana agar para calon konselor tidak kebingungan dalam melaksanakan tekhnik-tekhnik konseling yang sehat dan jelas mereka juga harus dibekali dengan latihan-latihan selanjutnya agar mereka lebih terampil dalam menangangi akan berbagai perbedaan dan keunikan setiap kasus yang akan mereka hadapi. Tahap ini penting karena Tuhan menghendaki hamba-hambaNya diperlengkapi dengan segala pengetahuan.
Berdasarkan hal tersebut saya setuju dengan pendapat penulis bahwa jika hanya sebatas teori tetapi tidak disertai dengan latihan-latihan maka teori itu akan lama-lama hilang dan tidak bermanfaat.  Sehingga kesimpulannya teori dikembangkan melalui latihan sehingga menjadi terampil, tanpa latihan teori akan sia-sia.
Dari hasil membaca di atas, buku Pastoral Konseling jilid 1 ini memberikan manfaat yang besar bagi konselor untuk menolong para konselor mengetahui dan memahami bahwa pelayanan pastoral konseling bukan sebuah pelayanan yang nomor dua tetapi merupakan inti dari pelayanan sebagai hamba Tuhan. Dengan demikian memenuhi tujuan penulisan buku ini yakni menjernihkan pikiran para konselor, pengertian tentang pelayanan konselor dan keunikannya.  Menurut saya bahwa buku ini menjadi buku yang sangat bermanfaat dan seharusnya dibaca oleh seluruh pendeta-pendeta yang sekarang untuk lebih mendalami dan memahami makna dari pelayanan pastoral konseling ini. Karena di lapangan sekarang ini pendeta-pendeta terlalu dipenuhi dengan kesibukan yang sifatnya hanya pelayanan khotbah dan liturgi tidak lagi memperhatikan tugasnya yang sesungguhnya sehingga anggota-anggota menjadi semakin terpuruk di dalam masalahnya dan menjadi tidak mengandalkan Tuhan lagi karena merasa tidak diperhatikan. Seharusnya konselor mampu untuk mengerjakan tanggung jawab yang telah diberikan oleh Tuhan sendiri kepadanya. Kelebihan dari buku ini adalah penulis dengan berani dan blak-blakan mengutarakan apa yang memang seharusnya terjadi dan seharusnya dilakukan oleh para konselor, bentuk penyajian sangat bagus karena dilengkapi dengan latihan-latihan praktis.
Kesimpulan
Pelayanan pastoral konseling merupakan inti dari pelayanan sebagai seorang hamba Tuhan dan pelayanan ini merupakan pelayanan yang diberikan langsung oleh Tuhan kepada umat-Nya untuk menggembalakan domba-domba-Nya yang tengah dalam kesesatan. Sehingga seorang konselor harus menjadi teladan dan sikap dan tindakannya serta memiliki pengetahuan yang luas.

RANGKUMAN BACAAN Sejarah Gereja Asia Volume 1 Sejarah gereja di Afghanistan


RANGKUMAN BACAAN
Identitas Buku
Judul Buku      : Sejarah Gereja Asia Volume 1
Penulis             : Donald E. Hoke
Penerbit           : Gandum Mas
Sejarah gereja di Afghanistan
Sejarah di Afganistan bermula pada tahun 1970-an oleh pemerintahan Muhammad Zakir Shah. Gereja yang telah dibangun kemudian disita dan diruntuhkannya. Kemudian Dr. Billy Graham memprotes penghancuran gereja ini. Orang-orang Kristen tidak memiliki kebebasan untuk bergerak bebas. Tetapi melalui pemisahan negara India dan Pakistan pada tahun 1947 menjadi jalan bagi para pengajar Kristen untuk dikirim ke negeri tersebut. Karena Afghanistan memiliki penduduk yang 95% buta huruf sehingga Dr. Frank Laubach diminta untuk membawa timnya pada bulan Maret 1951. Melalui kebebasan ini para pengajar dan pekerja mengambil posisi lalu mereka membangun persekutan dan kebaktian yang dipimpin oleh Dr. J. Christy Wilson, Jr pendeta masyarakat internasional dan putera dari misionaris Presbyterian Persia. Pada tahun 1966, Internasional Afghan Mission resmi didirikan yang bernama I AM yang mana bertujuan untuk melayani masyarakat melalui tenaga medis dan pendidikan. Seiring berjalannya waktu organisasi-organisasi seperti IAM pun didirikan dan juga mendirikan pelayanan medis untuk tunanetra yakni NOOR pada tahun 1966. Pelayanan medis kemudian terus berkembang sampai klinik-klinik pun dibuka.
Selain membuka pelayanan kesehatan, dibangun juga sekolah pendidikan Kristen yang didirikan pada tahun 1957. Dalam pendidikan ini anak-anak belajar mengenai Alkitab dan berdoa. Setelah sekian lama terisolasi akhirnya mahasiswa-mahasiswa Afghanistan memiliki peluang untuk melanjutkan pendidikan mereka serta menjadi peluang untuk memberikan kesaksian imannya.  Sampai akhirnya gereja kecil dapat dibangun di negara tersebut tetapi dihancurkan oleh pasukan militer Inggris sehingga tidak ada satupun orang Kristen di negara tersebut.




Tanggapan Kritis
Setelah melihat proses pekabaran Injil di Afghanistan, perjuangan dan semangat para pekabar tidak pernah patah. Walaupun harus terus menerus ditimpa dengan kegagalan-kegagalan tetapi semangat untuk mewartakan Injil tidak pernah pudar. Bahkan para pekabar Injil memberikan beberapa bantuan baik bantuan tenaga medis maupun pendidikan.
Setelah membaca dari beberapa referensi, akibat dari semangat para pekabar Injil yang tidak pudar Tuhan selalu bekerja menyertai mereka. Walaupun nyata bahwa Kekristenan di Afghanistan secara resmi tidak diakui tetapi ada satu gereja yang diakui secara resmi. Namun gereja tersebut tidak terbuka bagi masyarakat setempat. Dan ada juga sarana ibadah Kristen di pangkalan militer asing, seperti gereja Ortodoks Timur di pangkalan Rumania di Kandahar. Beberapa sumber mengklaim bahwa sebenarnya ada juga sebuah gereja yang dibangun di bawah tanah rahasia yang terdiri dari orang Kristen yang tinggal di Afghanistan. Departemen luar negeri Amerika Serikat telh menyatakan bahwa perkiraan ukuran kelompok berkisar 500-8.000 individu.
Dalam berita di CNSNews.com (10 Oktober 2011) mengabarkan bahwa pada tahun 2010 menurut Kementrian Luar Negeri AS, menyatakan bahwa tidak ada satupun lagi gereja Kristen di Afghanistan. Gereja Kristen yang terakhir diketahui di Afghanistan telah dihancurkan pada bulan Maret 2010, berdasarkan berita dari Laporan Kebebasan Beragama Internasional oleh Kementrian Luar Negeri. Karena penganiayaan yang dilakukan oleh pemerintah kepada mereka yang Kristen maupun mereka yang dari Muslim masuk Kristen, sehingga menyebabkan banyak orang kemudian memilih untuk mengikuti aturan negara.
Namun ada juga orang-orang Kristen Afghanistan yang kini tinggal di negara-negara lain, termasuk komunitas-komunitas di Amerika Serikat, Britania Raya, Kanada, Norwegia dan Australia. Hal ini memperlihatkan bahwa pertolongan Tuhan senantiasa hadir dan menyertai mereka yang dipilihnya. Dari semangat itu memperlihatkan bahwa memang Tuhan bekerja dalam setiap proses yang dikerjakan oleh para pekabar Injil demi untuk menyelamatkan dunia ini.   


RANGKUMAN BACAAN Sejarah Gereja Asia Volume 1


RANGKUMAN BACAAN Sejarah Gereja Asia Volume 1
Identitas Buku
Judul Buku      : Sejarah Gereja Asia Volume 1
Penulis             : Donald E. Hoke
Penerbit           : Gandum Mas
Yang dirangkum dalam buku ini adalah bab 1 “Pintu-pintu terbuka di Asia” dan bab 8 “Agama Kristen Tiba di Asia”
Asia merupakan tempat terbesar di dunia yang melahirkan lima agama.  Oleh karena perubahan politik di Asia membukakan pintu-pintu bagi pemberitaan Injil. Semenjak kekalahan Jepang pada perang dunia ke 2 agama-agama telah diberikan kebebasan untuk berkembang, Hal ini membuat agama Kristen terus bertumbuh.  Namun tidak terlepas juga dari persoalan-persoalan yakni perlawanan dari komunisme, agama Hindu di India, persaingan penginjilan oleh  Kaum Katolik. Namun persoalan terbesar satu-satunya adalah pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dengan akibat endemis berupa kelaparan, kemiskinan, dan perpindahan penduduk ke kota secara berlebihan. Setelah pintu-pintu terbuka bagi gereja, akhirnya gereja boleh bertumbuh di Asia. Perluasan gereja dimula dari Kerajaan Partia dan Persia. Pertumbuhan gereja ini disebabkan karena system pendidikan yang menghasilkan komunitas Kristen mengetahui ayat-ayat Kitab Suci, namun seperti pasa saat gereja masuk di Asia penganiayaan ini menyebabkan juga gereja semakin berkembang. Perluasan gereja pun juga terjadi di Semananjung Arab, India, dan Cina. Yang menghambat gereja bertumbuh di Asia timur dan Tengah disebabkan karena perluasan agama lain yakni agama Islam Budha Mahayana.
Tanggapan Kritis
Dalam perkembangan penginjilan di Asia hampir sama dengan perkembangan Injil pada masa penindasan oleh kekaisaran Romawi seperti yang ditulis oleh Thomas Van den End dalam bukunya Harta dalam Bejana. Pada saat perjuangan para orang-orang Kristen mereka mengalami penganiayaan dan penyiksaan. Mereka harus bersembunyi di suatu tempat untuk beroda karena mereka tidak dapat berbuat apa-apa tanpa berdoa.  Namun pada perjuangannya itu Tuhan menyatakan kuasanya kepada mereka dan akhirnya kekaisaran Romawi akhirnya mengalah dan membiarkan perkembangan agama Kristen terus bertumbuh.  Semakin mereka ditindas dan dibunuh semakin banyaklah mereka yang percaya.  Benih-benih orang percaya semakin berkembang.  Hingga meluas ke seluruh dunia.  Pemerintah tidak berhasil mempertahankan keutuhan negara dengan jalan memusnahkan gereja. maka tinggallah satu kemungkinan lagi: mewujudkan keutuhan itu dengan mencari dukungan dari gereja.  Keputusan ini merupakan haluan yang baru yang ditempuh oleh Kaisar Konstantinus Agung dengan mengeluarkan Edik Milano. Berkat dukungan negara, gereja menjadi kaya raya dan jumlah orang Kristen menjadi melonjak. Dan melihat masa sekarang ini, tempat-tempat perluasan Injil kini sangat memprihatinkan. Negara-negara yang dulunya hidup dalam terang menjadi hidup dalam kegelapan rohani.  Dunia sekarang ini khususnya negara Indonesia agama Islam kini ingin menjadi penguasa, negara demokratis kini ingin dijadikan negara Islam. Padahal negara Indonesia bukan negara agama tapi negara hukum. Di Toraja saat ini yang merupakan penduduk mayoritas agama Kristen, kita melihat bahwa banyak juga agama-agama lain yang ingin masuk. Perkembangan zaman mengakibatkan banyaknya orang yang tidak lagi fokus kepada Tuhan tetapi lebih diperhamba oleh pekerjaan, uang, waktu dan alat-alat canggih. Kemudian menyebabkan orang kian Kristen di Toraja tidak lagi hidup dalam persekutuan tetapi lebih mengutamakan keinginanan duniawinya. Hal ini tidak hanya di Toraja tapi di seluruh dunia. Jika itu dibiarkan maka masa depan gereja akan terancam. Penganiayaan-penganiayaan pun tidak terlepas dari perkembangan gereja di Indonesia, ada saja oknum tertentu yang ingin menguasai Indonesia ini dengan cara melalui aksi teroris. Membakar gereja di mana-mana dan tidak memberikan keduduka jabatab bagi orang Kristen.